Selasa, 22 Juli 2008

Menikmati Panorama Laut dari Mercusuar Anyer
 
Buat Anda yang pernah bersantai ke Anyer, hampir pasti pernah melihat sebuah mercusuar di sekitar kawasan wisata pantai ini. Namun, ada baiknya mencoba naik ke mercusuar Anyar yang punya nilai sejarah ini. Mungkin, sebuah pengalaman yang menakjubkan saat melangkahkan kaki sampai puncaknya. Sejauh mata memandang akan terlihat panorama Pantai Anyer yang memesona.

Letaknya persis di pinggir jalan raya Anyer, Desa Cikoneng, bersebelahan dengan sebuah resor. Bangunan tua ini tampak gagah perkasa di siang hari. Sedangkan di malam hari sinarnya menyorot menembus kegelapan malam, bak mata raksasa yang mengeluarkan sinar terang.

Menara setinggi 75,5 meter ini terdiri dari 18 tingkat dibangun pada masa penjajahan Belanda. Dilihat dari prasasti yang tertempel di kaki mercusuar, bangunan yang terbuat dari baja itu sudah berusia lebih dari 171 tahun, tepatnya dibangun pada tahun 1885. Sampai kini masih berfungsi memandu kapal-kapal yang lalu-lalang di malam hari.

Konon, karena Gunung Krakatau meletus, mercusuar itu hancur lebur. Puing-puing dan pondasinya masih bisa Anda lihat beberapa meter dari mercusuar. Jadi mercusuar yang ada sekarang merupakan bangunan baru.

Ia pun nyaris rata dengan tanah akibat hantaman meriam angkatan laut Jepang sekitar tahun 1942. Meski tak sampai runtuh, namun mercusuar itu sempat rusak berat. Bekas hantaman meriam itu bisa dilihat apabila Anda naik mercusuar itu, yakni berupa lubang besar yang kini sudah ditambal.

Kini, Mercusuar Anyer seakan tenggelam di tengah-tengah maraknya sarana wisata modern, terutama setelah tumbuhnya resor-resor di tepi pantai. Padahal, mercusuar ini menjadi saksi bisu kekejaman penjajahan Belanda. Dari sinilah awal mula Daendels, Gubernur Jenderal Hindia Belanda waktu itu, memulai proyek raksasanya pada 1825.

Daendels membuat jalan ekonomi Anyer-Panarukan sepanjang sekitar 1.000 km. Proyek yang menelan korban ribuan jiwa rakyat Indonesia itu menghubungkan Cilegon, Serang, Tangerang, Jakarta (dulunya bernama Sunda Kelapa, kemudian Batavia), Cirebon, Semarang, Surabaya sampai ke Pasuruan.

Penduduk sepanjang proyek jalan tadi dipaksa bekerja tanpa dibayar atau yang populer dengan kerja rodi. Setelah selesai, jalan tadi yang dibangun dari keringat dan mayat bangsa Indonesia kemudian terkenal sebagai Jalan Daendels, atau juga dijuluki sebagai jalan Rodi.

Mengunjungi bangunan tua ini sama artinya mengingatkan Anda tentang kawasan bersejarah Anyer yang hampir luntur. Mercusuar ini sebetulnya kawasan tertutup. Namun penjaganya dengan senang hati akan memandu wisatawan yang ingin naik ke puncak mercusuar.

Suasana di dalam mercusuar yang gelap dan mencekam akan menciptakan pengalaman mengesankan. Ratusan anak tangga besi yang melingkar harus Anda lalui sebelum mencapai puncaknya.

Memang cukup melelahkan. Namun sesudah sampai di puncak, keringat yang mengucur dari tubuh seakan tak ada artinya ketika Anda mengetahui bahwa ada sensasi lain yang bisa didapatkan. Sejauh mata memandang terlihat jelas pesona seluruh Pantai Anyer. Belum lagi terpaan angin yang membawa kesejukan dan bisa-bisa Anda terbuai untuk sejenak melupakan persoalan hidup.

Anyer bisa ditempuh sekitar 1,5 jam dari Jakarta. Kendaraan umum pun mudah didapat. Anda bisa naik bus dari Jakarta jurusan Merak atau Cilegon. Dari Cilegon Anda melanjutkan dengan mikrolet hingga di depan mercusuar.

ASTGC | Berbagai Sumber | Global

Tidak ada komentar: